Pernafasan dan Vocal Dalam Teater / Materi Teater

Pernafasan dan Vocal

PERNAFASAN

Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan. 

Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan : 

1. Pernapasan dada 

Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita membusung. 
Di kalangan orang_orang teater pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk Udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/acting kita, karena bahu menjadi kaku. 

2. Pernapasan perut 

Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut kita menggelembung, 
Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada. 

3. Pernapasan lengkap 

Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum). 
Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan acting, tetapi mengutamakan vokal. 

4. Pernapasan diafragma 

Pernapasan diafragma ialah jika pada waktu kita mengambil udara, maka diafragma kita mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang. 

Menurut perkembangan akhir_akhir ini, banyak orang_orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut. 

Latihan_latihan pernapasan : 
  1. Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas kita keluarkan kembali. 
  2. Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat. 
  3. Cara berikutnya adalah menarik napas dalam_dalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara_cara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal. 
Catatan : Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, maka janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain. 

VOKAL

Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal yang baik pula. "Baik” di sini diartikan sebagai : 
  • Dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang). 
  • Jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat), 
  • Tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan. 
  • Tidak monoton. 
Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan_latihan vokal. Banyak cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara lain : 
  1. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara "wah…” dengan energi suara. Lakukan ini berulang kali. 
  2. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmm…mmm…”  (suara keluar lewat hidung). 
  3. Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,"ssss……." 
  4. Hirup udara banyak_banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa…….”  sampai batas napas yang terakhir. Nada suara jangan berubah. 
  5. Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun (dalam satu tarikan napas) 
  6. Keluarkan vokal “a…..a……” secara terputus-putus. 
  7. Keluarkan suara vokal “a_i_u_e_o", “ai_ao_au_ae_", "oa_oi_oe_ou", “iao_iau_iae_aie_aio_aiu_oui_oua_uei_uia_......” dan sebagainya. 
  8. Berteriaklah sekuat-kuatnya sampai ke tingkat histeris. 
  9. Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung_gulung, berlari, berputar_putar dan berbagai variasi lainnnya. 
Catatan : 

Apabila suara kita menjadi serak karena latihan_latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir_lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat_alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat_alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar. 

Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat air terjun dan sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara_suara di sekitar kita, disamping untuk menghayati karunia Tuhan. 

ARTIKULASI

Yang dimaksud dengan artikulasi pada teater adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata_kata yang diucapkan. 

Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu : 
  • Cacat artikulasi alam : cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya "R", dan sebagainya. 
  • Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu-waktu. Hal ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog. 
Misalnya: 
  1. Kehormatan menjadi kormatan.
  2. Menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya. 
Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya. 

Artikulasi tak tentu : hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu cepat, seolah_olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali. 

Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan 
  1. Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan nada_nada tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik.
  2. Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb.
  3. Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut. 

GESTIKULASI

Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda.

Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat kadang_kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!” dengan kalimat "Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?” , "Kenapa ?” atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog.

Gestikulasi harus dilakukan sebab kata_kata yang pertama dengan kata berikutnya dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan kelewatan. Pergi!". Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya memiliki maksud yang berbeda. 

Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata. Misalnya "Tuan kelewatan"....... (mendapat tekanan), “Pergi….”  (mendapat tekanan). 

INTONASI

Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan_tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu: 

1. Tekanan Dinamik (keras-lemah)

Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan_penekanan pada setiap kata yang memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat "Saya membeli pensil ini" Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda. 
  1. SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain) 
  2. Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual) 
  3. Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)

2. Tekanan Nada (tinggi)

Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah_ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata. 

3. Tekanan Tempo

Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya cobalah membaca naskah dengan tempo yang berbeda_beda. Lambat atau cepat silih berganti.

WARNA SUARA

Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki_laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya. 

Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara. Sebagai latihan dapat dicoba merubah_rubah warna suara dengan menirukan warna suara seorang tua, pengemis, anak kecil, dsb.

Selain mengenai dasar_dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga adanya suatu penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan diterangkan dalam bagian tersendiri. Untuk latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan dasar_dasar vokal seperti di atas. 

(Si Dul masuk tergopoh_gopoh) 

Dul             :    Aduh Pak….e…..e…..itu, Pak…. Anu…. Pak….a….a….ada orang bawa koper, pakaiannya bagus. Saya takut, Pak, mungkin dia orang kota, Pak. 

Paiman       :    Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan orang-orangmu untuk mengusirnya ? 

Pak Gondo   :    (kepada Paiman) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?! Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei ! (sambil mencengkeram Paiman). 

Paiman       :    Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk. 

Pak Gondo   :    (membentak sambil mendorong) Diam Kamu ! 

                      (kepada si Dul) Di mana dia sekarang ? 

Dul             :    Di sana Pak, mengintip orang mandi di kali sambil motret.

Sekian pembahasan Pernafasan dan Vocal, untuk lanjut ke bahasan gestur, kita pindah ke postingan berikutnya.